Rabu, 3 September 2008

Iman dan Yaqin

Assalaamualaikum wbt.. suka sekali saya untuk mengingatkan diri dan sahabat2 diluar sana tentang keyakinan yang tggi lagi mntap terhadap kudrat Allah s.w.t. kita percaya, tp kita kekadang kita kurng yakin. (antara sedar atau tdk) astaghfirullahalazim.. kenapa begtu?.. kerana iman kita sngt lemah. percaya dan yakin itu sngt berbeza. percaya tdk semestinya yakin. maka marilah kta sesama berdoa kpd yg Maha Agung utk memperolehi keyakinan yg jitu hanya padaNya!.Insyaallah.. jadi disini saya sertakan dibawah ini sedikit coretan dr blog hamba hasil kunjungan saya ke sana.Insyaallah. sama-sama kita amek iktibar dan muhasabah diri.

IMAN menurut Wikipedia,
Iman bahasa Arab (الإيمان) secara etimologis berarti ‘percaya’. Perkataan iman (إيمان) diambil dari kata kerja ‘aamana’ (أمن) — yukminu’ (يؤمن) yang berarti ‘percaya’ atau ‘membenarkan’. Perkataan iman yang berarti ‘membenarkan’ itu disebutkan dalam al-Quran, di antaranya dalam surah al-Taubah ayat 62 yang bermaksud: “Dia (Muhammad) itu membenarkan (mempercayai) kepada Allah dan membenarkan kepada para orang yang beriman.”
Para sahabat dan ulama telah mendefinisikan istilah iman ini, antara lain, seperti diucapkan oleh Ali bin Abi Talib r.a. : “Iman itu ucapan dengan lidah dan kepercayaan yang benar dengan hati dan perbuatan dengan anggota.” Aisyah r.a. berkata: “Iman kepada Allah itu mengakui dengan lisan dan membenarkan dengan hati dan mengerjakan dengan anggota.” Imam al-Ghazali menguraikan makna iman: “Pengakuan dengan lidah (lisan) membenarkan pengakuan itu dengan hati dan mengamalkannya dengan rukun-rukun (anggota-anggota).”
Kesimpulannya, bahwa iman itu keyakinan yang dibenarkan oleh hati, diikrarkan dengan lisan dan dibuktikan dengan perbuatan.
——————-

Pendidikan IMAN kepada Nabi Musa a.s
Suatu ketika Nabi Musa a.s mengalami sakit pada perut nya, kemudian beliau mengadukan penyakit nya ini kepada ALLAH Subhaanahuuwataala.
Maka ALLAH Subhaanahuuwataala wahyukan kepada Nabi Musa a.s agar memakan pucuk pucuk kayu, maka asbab dari makan pucuk kayu tersebut sembuhlah Nabi Musa a.s. dari sakit perut nya.
Kemudian pada lain ketika Nabi Musa a.s mengalami lagi sakit perut, tetapi kali ini beliau tidak mengadukan nya kepada ALLAH Subhaanahuuwataala, beliau langsung saja mencari pucuk pucuk kayu dan memakannya.
Namun yang terjadi kali ini bukan sakit perutnya menjadi sembuh, malah sakit perut nya semakin bertambah jadi.
Kemudian Nabi Musa a.s mengadukan perkara ini kepada ALLAH Subhaanahuuwataala.
“Ya ALLAH mengapa setelah makan pucuk kayu ini sakit perut ku makin bertambah jadi, bukankah dulu dengan memakan pucuk kayu ini sakit perut ku menjadi sembuh, tapi sekarang setelah memakan nya sakit perutku malah makin bertambah parah?” demikian tanya Nabi Musa a.s
“Wahai Musa” jawab ALLAH dalam Firman NYA
“Sesungguhnya Yang Menyembuhkan sakit perut mu bukanlah pucuk-pucuk kayu itu, Yang Menyembuhkan nya adalah AKU” demikian Firman ALLAH Subhaanahuuwataala kepada Nabi Musa a.s
Pelajaran yang dapat kita petik adalah :
Dulu ketika pertama kali Nabi Musa a.s mengalami sakit perut, beliau teringat kepada ALLAH Subhaanahuuwataala, dan beliau mengadukan penyakitnya kepada ALLAH Subhaanahuuwataala, ketika itu IMAN beliau dalam keadaan benar.
Tetapi pada kali berikutnya ketika Nabi Musa a.s mengalami sakit perut lagi, yang ada dalam pikiran beliau adalah pucuk pucuk kayu, beliau tidak teringat lagi kepada ALLAH Subhaanahuuwataala, tidak mengadukannya lagi sakitnya kepada Subhaanahuuwataala.
Saat itu lah sesungguhnya IMAN beliau sedang rusak, karena ada keyakin kepada selain ALLAH Subhaanahuuwataala, yakin kepada pucuk pucuk kayu.
sumber asal: blog "hamba"

Tiada ulasan:

Related Posts with Thumbnails