Khamis, 10 April 2008

JALAN MENUJU QANA'AH

Assalamualaikum wbt..

Jalan Menuju Qana'ah

Qana'ah (rela dan menerima pemberian Allah subhanahu wata'ala apa adanya) adalah sesuatu yang sangat berat untuk dilakukan, kecuali bagi siapa yang diberikan taufik dan petunjuk serta dijaga oleh Allah dari keburukan jiwa,kebakhilan dan ketamakannya. Kerana manusia diciptakan dalam keadan memiliki rasa cinta terhadap kepemilikan harta. Namun meskipun demikian kita dituntut untuk memerangi hawa nafsu supaya boleh menekan sifat tamak dan membimbingnya menuju sikap zuhud dan qana'ah.

Berikut ini beberapa kiat menuju qana'ah yang jika kita laksanakan maka dengan izin Allah seseorang akan dapat merealisasikannya. Di antaranya yaitu:

1. Memperkuat Keimanan kepada Allah subhanahu wata'ala.
Juga membiasakan hati untuk menerima apa adanya dan merasa cukup terhadappemberian Allah subhanahu wata'ala, karena hakikat kaya itu ada di dalamhati. Barangsiapa yang kaya hati maka dia mendapatkan nikmat kebahagiaandan kerelaan meskipun dia tidak mendapatkan makan di hari itu.Sebaliknya siapa yang hatinya fakir maka meskipun dia memilki dunia seisinya kecuali hanya satu dirham saja, maka dia memandang bahwa kekayaannya masih kurang sedirham, dan dia masih terus merasa miskinsebelum mendapatkan dirham itu.

2. Yaqin bahwa Rizki Telah Tertulis.
Seorang muslim yakin bahwa rizkinya sudah tertulis sejak dirinya berada didalam kandungan ibunya. Sebagaimana di dalam hadits dari Ibnu Mas'udradhiyallahu 'anhu, disebutkan sabda Rasulullah shallallahu 'alaihiwasallam di antaranya,
"Kemudian Allah mengutus kepadanya (janin) seorang malaikat lalu diperintahkan menulis empat kalimat (ketetapan), makaditulislah rizkinya, ajalnya, amalnya, celaka dan bahagianya." (HR.al-Bukhari, Muslim dan Ahmad)
Seorang hamba hanya diperintah kan untuk berusaha dan bekerja dengankeyakinan bahwa Allah subhanahu wata'ala yang memberinya rizki dan bahwarizkinya telah tertulis.

3. Memikirkan Ayat-ayat al-Qur'an yang Agung.
Terutama sekali ayat-ayat yang berkenaan dengan masalah rizki dan bekerja(usaha). 'Amir bin Abdi Qais pernah berkata, "Empat ayat di dalamKitabullah apabila aku membacanya di sore hari maka aku tidak peduli atasapa yang terjadi padaku di sore itu, dan apabila aku membacanya di pagihari maka aku tidak peduli dengan apa aku akan berpagi-pagi, (yaitu):"Apa saja yang Allah anugerahkan kepada manusia berupa rahmat,maka tidakada seorang pun yang dapat menahannya; dan apa saja yang ditahan oleh Allah maka tidak ada seorangpun yang sanggup untuk melepaskannya sesudah itu. DanDialah Yang Maha Perkasa lagi Maha Bijaksana." (QS. Fathiir:2)"Dan jika Allah menghendaki kebaikan bagi kamu, maka tak ada yang dapat menolak kurnia-Nya. Dia memberikan kebaikan itu kepada siapa yang dikehendaki-Nya di antara hamba-hamba-Nya." (QS.Yunus:107)"Dan tidak ada suatu binatang melata pun di bumi melainkan Allah-lah yangmemberi rezkinya, dan Dia mengetahui tempat berdiam binatang itu dan tempatpenyimpanannya. Semuanya tertulis dalam kitab yang nyata (Lauh Mahfuzh)."(QS. Huud:6)"Allah kelak akan memberikan kelapangan sesudah kesempitan." (QS.ath-Thalaq:7)

4. Ketahui Hikmah Perbedaan rezeki
Di antara hikmah Allah subhanahu wata'ala menentu kan perbedaan rizki dan tingkatan seorang hamba dengan yang lainnya adalah supaya terjadi dinamikakehidupan manusia di muka bumi, saling tukar manfaat, tumbuh aktiviti perekonomian, serta agar antara satu dengan yang lainnya saling memberi kanpelayanan dan jasa. Allah subhanahu wata'ala berfirman,"Apakah mereka yang membagi-bagi rahmat Rabbmu? Kami telah menentukan antara mereka penghidupan mereka dalam kehidupan dunia, dan Kami telah meninggikan sebagian mereka atas sebagian yang lain beberapa derajat, agar sebahagian mereka dapat mempergunakan sebahagian yang lain. Dan rahmatRabbmu lebih baik dari apa yang mereka kumpulkan." (QS. az-Zukhruf:32)"Dan Dialah yang menjadikan kamu penguasa-penguasa di bumi dan Diameninggikan sebahagian kamu atas sebagian (yang lain) beberapa derajat,untuk mengujimu tentang apa yang diberikan-Nya kepadamu." (QS.Al an'am 165)

5. Banyak Memohon Qana'ah kepada Allah
Rasulullah shallallahu 'alaihi wasallam adalah manusia yang paling qana'ah,ridha dengan apa yang ada dan paling banyak zuhudnya. Beliau juga seorangyang paling kuat iman dan keyakinannya, namun demikian beliau masih meminta kepada Allah subhanahu wata'ala agar diberikan qana'ah, beliau bedoa,"Ya Allah berikan aku sikap qana'ah terhadap apa yang Engkau rizkikan kepadaku, berkahilah pemberian itu dan gantilah segala yang luput (hilang) dariku dengan yang lebih baik." (HR al-Hakim, beliau menshahihkannya, dan disetujui oleh adz-Dzahabi) Dan karena saking qana'ahnya, beliau tidak meminta kepada Allah subhanahuwata'ala kecuali sekedar cukup untuk kehidu pan saja, dan meminta disedikitkan dalam dunia (harta) sebagaimana sabda beliau, "Ya Allahjadikan rizki keluarga Muhammad hanyalah keperluan pokok saja." (HR.Al-Bukhari, Muslim dan at-Tirmidzi)

6. Menyedari bahwa Rizki Tidak Diukur dengan Kepandaian
Kita harus menyadari bahwa rizki seseorang itu tidak tergantung kepada kecerdasan akal semata, kepada banyaknya aktiviti, keluasan ilmu, sebagiannya itu merupakan sebab rizki, namun bukan ukuran secara pasti.Kesadaran tentang hal ini akan menjadikan seseorang bersikap qana'ah,terutama ketika melihat orang yang lebih bodoh, pendidikannya lebih rendah dan tidak berpengalaman mendapatkan rizki lebih banyak daripada dirinya,sehingga tidak memunculkan sikap dengki dan iri.

7. Melihat ke Bawah dalam Hal Dunia
Dalam urusan dunia hendaklah kita melihat kepada orang yang lebih rendah,jangan melihat kepada yang lebih tinggi, sebagaimana sabda Nabi shallallahu'alaihi wasallam,"Lihatlah kepada orang yang lebih rendah dari kamu dan janganlah melihatkepada orang yang lebih tinggi darimu. Yang demikian lebih layak agarkalian tidak meremehkan nikmat Allah." (HR.al-Bukhari dan Muslim) Jika saat ini anda sedang sakit maka yakinlah bahwa selain anda masih adalagi lebih parah sakitnya. Jika anda merasa fakir maka tentu di sana masihada orang lain yang lebih fakir lagi, dan seterusnya. Jika anda melihat adaorang lain yang mendapatkan harta dan kedudukannya lebih dari anda, padahaldia tidak lebih pintar dan tidak lebih berilmu dibanding anda, maka mengapa anda tidak ingat bahwa anda telah mendapatkan sesuatu yang tidak diadapatkan?

8. Membaca Kehidupan Salaf
Yakni melihat bagaimana keadaan mereka dalam menyikapi dunia, bagaimana kezuhudan mereka, qana'ah mereka terhadap yang mereka peroleh meskipun hanya sedikit. Di antara mereka ada yang memperolah harta yang melimpah,namun mereka justru memberikannya kepada yang lain dan yang lebih memerlukan.

9. Menyadari Beratnya Tanggung Jawab Harta
Bahwa harta akan mengakibatkan keburukan dan bencana bagi pemiliknya jika dia tidak mendapatkan nya dengan cara yang baik serta tidak membelanjakannya dalam hal yang baik pula.Ketika seorang hamba ditanya tantang umur, badan, dan ilmunya maka hanyaditanya dengan satu pertanyaan yakni untuk apa, namun tentang harta maka dia dihisab dua kali, yakni dari mana memperoleh dan ke mana membelanjakannya. Hal ini menunjukkan beratnya hisab orang yang diberi amanat harta yang banyak sehingga dia harus dihisab lebih lama dibandingorang yang lebih sedikit hartanya.

10. Melihat Realita bahwa Orang Fakir dan Orang Kaya Tidak Jauh Berbeda.
Karena seorang yang kaya tidak mungkin memanfaatkan seluruh kekayaannya dalam satu waktu sekaligus. Kita perhatikan orang yang paling kaya di duniaini, dia tidak makan kecuali sebanyak yang dimakan orang fakir, bahkan mungkin lebih banyak yang dimakan orang fakir. Tidak mungkin dia makan limapuluh piring sekaligus, meskipun dia mampu untuk membeli dengan hartanya. Andaikan dia memiliki seratus potong baju maka dia hanya memakai sepotongsaja, sama dengan yang dipakai orang fakir, dan harta selebihnya yang tidakdia manfaatkan maka itu relatif (nisbi).Sungguh indah apa yang diucapkan Abu Darda' radhiyallahu 'anhu, "Parapemilik harta makan dan kami juga makan, mereka minum dan kami juga minum,mereka berpakaian kami juga berpakaian, mereka naik kendaraan dan kami pun naik kendaraan. Mereka memiliki kelebihan harta yang mereka lihat dan dilihat juga oleh selain mereka, lalu mereka menemui hisab atas harta itusedang kita terbebas darinya.

"Sumber: "Al-Qana'ah, mafhumuha, manafi'uha, ath-thariq ilaiha," hal 24-30, Ibrahim bin Muhammad al-Haqiil.

Tiada ulasan:

Related Posts with Thumbnails