Ahad, 26 Julai 2009
tawadhuk..
Ya Awwalan Awwalin, Ya Akhiran Akhirin, Ya Zalquatal Matin, Ya Rahimal Masakin, Ya Arhamal Rahimin.
Siapa yang merasa diri bertawadhuk, maka beerti ia benar-benar sombong, sebab tidak mungkin ia merasa tawadhuk kecuali kalau ia merasa besar atau tinggi. kerana itu bila engkau menetapkan bahawa dirimu itu besar atau tinggi, maka benar-benar engkau telah sombong. maka apabila engkau menetapkan dirimu bertawadhuk (merendah diri) yakni padahal engkau itu seorang besar dan tinggi, maka itu beerti engkau benar-benar telah sombong (mutakabbir).
Seorang yang merasa tawadhuk itu disebabkan ia merasa besar tinggi, hanya ia merendah dan perasaan besar/tinggi diri itulah hakikat kesombongan. dan itu pula erti takabbur yang dikatakan oleh Nabi saw : Alkibru batharul haqqi wa ghamth unnas (Sombong itu ialah menolak kebenaran dan menghina orang lain). Menghina orang lain disebabkan merasa diri besar dan tinggi, mulia.
Astaghfirullahalazim.....
Bukan orang yang tawadhuk itu, seorang yang bila bertawadhuk lalu merasa bahawa ia telah mengalah atau merendahkan dirinya, tetapi orang tawadhuk itu ialah yang bila berbuat sesuatu merasa diri belum layak mendapatkan kedudukan itu.
Asysyibly berkata: Siapa yang merasa diri berharga, maka ia tidak bertawadhuk (maka tidak ada bahagian dalam tawadhuk).
Abu Sulaiman Addarany berkata: Seorang hamba tidak dapat bertawadhuk kepada Allah, hingga mengetahui kedudukan dirinya (letak dirinya).
Abu Yazid berkata: Selama seorang itu merasa ada orang yang lebih jahat daripadanya, maka ia sombong. Dan ketika ditanya: Bilakan seorang itu bertawadhuk?. Jawabnya: Jika tidak merasa ada kedudukan atau kemuliaan dan tawadhuk seseorang itu menurut kadar makrifatnya terhadap Tuhan dan dirinya.
Muhammad bin Muqatil ketika dimintai doa oleh orang-orang, ia menangis sambil berkata: Semoga bukan sayalah yang menyebabkan kamu menderita bala bencana ini. Dan tanda bahawa ia benar-benar bertawadhuk, jika ia tidak marah ketika dihina atau dicela.
Astaghfirullahalazim.....
Hakikat tawadhuk (tawadhuk yang sesungguh-sunggunya) ialah yang timbul kerana melihat/ memperhatikan kebesaran Allah, dan terbuka baginya sifat-sifat Allah.
Tidak ada sesuatu yang dapat mengeluarkan (melepaskan) engkau dari sifat kesombonganmu, kecuali jika engkau melihat sifat-sifat Allah.
Yakni selama engkau tidak memperhatikan dan ingat selalu kepada sifat ketuhanan, kebesaran dan kekuasaan Allah maka selama itu engkau merasa besar, kuasa, dan bongkak. Selama engkau tidak melihat kesempurnaan Allah, maka selama itu juga engkau tidak mengakui kekurangan-kekurangan atau kehambaan dirimu terhadap Allah.
Astaghfirullahalazim..
Allahualam..
La haulawala quwwata ila billah..
Masyaallah tabarakaallah...
sumber: Syaikh Ibnu Atho'ilah- Terjemahan Al-Hikam
Langgan:
Catat Ulasan (Atom)
2 ulasan:
salam..
entry yg sngt berilmiah..jazak..
Sangat menikam kalbu.
Sering kali, kita cakap "Aku akan cuba bertawadhuk dengan orang keramaian"
Sedang hakikatnya, kitalah yang sombong itu.
Astaghfirullah.
Catat Ulasan